Menjelang akhir tahun 2015, syukurlah bertambah lagi satu perjalanan yang saya tempuh. Kali ini outing bersama dengan teman-teman dari kantor Bisnis 2030, CPSSSoft, dan juga ABC. Perjalanan berlangsung dari 30 September – 3 Oktober 2015. Tempat destinasi outing yang dituju tak terlalu jauh dari ibukota Jakarta. Bertemakan Jawa Timur Fantasy Tour, kami diajak untuk berkeliling area Jawa Timur, antara lain Malang, Bromo, dan Surabaya. Tempat-tempat wisata yang akan saya ceritakan dalam tulisan ini, saya bold untuk supaya tampak lebih menonjol.
Dari pagi-pagi sekali, saya sudah terbangun dan siap-siap berangkat dengan Sriwijaya Air dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandara Abdul Rachman Saleh di Malang. Satu jam perjalanan terasa cukup singkat.
Day 1:
Hari pertama menginjakkan kaki di Malang, kami sudah dijemput tour leader, Mas Ade bersama dengan Mas Dion. Tanpa membuang-buang waktu, bis langsung meluncur ke pusat kota. Rencana di hari pertama, kami akan mengunjungi Bakso Bakar Pak Man, Pantai Bale Kambang, Warung Wareg, Batu Night Spectacular, dan Alun-Alun. Terdengar sangat banyak, bukan? Ya, lumayan!
Setelah mencicipi bakso bakar yang rasanya kurang cocok di lidah, kami menempuh perjalanan cukup panjang ke Pantai Bale Kambang. Oh ya, rasa bakso bakarnya memang kurang cocok di lidah, tapi kuahnya gurih dan di sana bihunnya khas berwarna biru! Sungguh sangat khas!
Setelah berguncang-guncang di dalam bis selama 3 jam melewati jalan sempit nan curam, akhirnya kami bisa menghirup udara segar. Walaupun matahari bersinar terang, tapi angin di sana sepoi-sepoi. Menurut Mas Ade sebagai tour leader kami, Pantai Bale Kambang ini dikenal dengan istilah “Tanah Lot ala Jawa Timur”. Hal ini dikarenakan keberadaan pura di bagian ujung pantai.
Hal pertama yang kami lakukan adalah makan siang di rumah makan pinggir pantai. Menunya utamanya ikan bakar. Sebenarnya ikan bakar tersebut menggugah selera, hanya saja ada lalat-lalat yang berterbangan menghiasi meja makan. Tapi yang namanya sudah lapar, yang penting perut terisi. 🙂 Setelah mengisi perut, kami langsung menuju pantai untuk berfoto-foto selama beberapa jam.
Kegiatan sore dan malam hari diisi dengan makan di Warung Wareg, mengunjungi Batu Night Spectacular, dan Alun-Alun. Entah karena pengaruh banyak makan atau masuk angin, rasanya perut saya di malam itu kurang nyaman. Untungnya setelah dari Warung Wareg, perut saya kembali nyaman. Perjalanan berikutnya ke Batu Night Spectacular dan Alun-Alun bisa berjalan lancar. Di Batu Night Spectacular (BNS) ternyata cukup menarik. Mengingatkan saya pada pasar malam di masa kecil. Ada beberapa wahana permainan yang bisa dinaiki dengan membeli tiket, serta ada toko-toko kaos khas untuk oleh-oleh. Sedangkan di Alun-Alun, ada banyak jajanan di pinggir jalan yang bisa dicicipi. Perjalanan di hari pertama akhirnya selesai sekitar Pukul 22.00 dengan check-in di Grand View Pujon, Malang.
Day 2:
Pagi-pagi kami check-out dari Grand View Pujon. Cuaca di pagi hari ternyata cukup dingin. Namun, setelah bergerak banyak, tubuh sudah mulai beradaptasi. 😀
Tujuan pertama yang kami kunjungi adalah Air Terjun Coban Rondo yang punya kisah legenda jandanya. Bahkan menurut mitos, bagi yang sudah punya pasangan kalau pergi ke sini tanpa pasangan Anda harus berhati-hati. Penasaran kisah selengkapnya? Supaya tulisan saya tidak terlalu panjang, Anda bisa mencari kisahnya sendiri lewat internet. Pemandangan di sini sangat indah membuatnya cocok untuk berfoto ria. Di sini juga tersedia warung jagung bakar dan makanan ringan lainnya.
Air terjunnya dingin!
Pemberhentian berikutnya adalah ke kebun apel. Di sini, para pengunjung dapat memetik apel sepuasnya di kebun. Untuk apel yang dipetik dapat dimakan langsung. Sedangkan apel yang dimasukkan ke kantong plastik harus ditimbang dan dibayar terlebih dahulu sebelum dibawa pulang. Harganya hanya Rp20.000,-/kg. Oh ya, kami naik angkot untuk akses dari dan ke kebun apel. Medan yang berpasir akan membuat alas kaki Anda ikut kotor. Beberapa teman-teman bahkan menyempatkan cuci kaki saat berada di restoran berikutnya. Jadi kalau Anda ke sini, barangkali bisa mempersiapkan alas kaki yang tertutup.
Selesai makan siang, perjalanan dilanjutkan dengan naik bis ke Jatim Park 2 dan Secret Zoo yang letaknya dalam satu kompleks. Tak lupa berfoto bersama di sana. Memasuki museum satwa dan kebun binatang yang ternyata cukup luas. Setiap belokan tertera papan petunjuk “rute selanjutnya”. Rasanya, tak henti-hentinya melihat papan demi papan. Entah kapan perjalanan akan usai, sementara waktu semakin berjalan. Menjelang akhir waktu kunjungan, barulah kami mengetahui bahwa di sana juga ada wahana bermain. Berhubung waktu sudah tidak banyak, saya hanya mencoba naik satu wahana yang ternyata cukup seru dan konyol juga. 😀
Menjelang malam, kami sudah berkeliling lagi di Museum Angkut. Di bagian dalamnya terdapat pajangan-pajangan mobil dan kendaraan antik. Menurut saya yang paling keren dari museum angkut adalah dekorasi Movie Star Studio. Jadi saya sarankan Anda mengeksplorasi hingga ke Movie Star Studio. Saya sempat kagum melihat area yang cukup luas dihias bak dekorasi yang berkonsep keliling dunia. Ada tema Batavia, UK, Las Vegas, dan masih banyak lagi. Serasa berada di Universal Studio mini versi non-wahana. Tempat ini sangat cocok untuk berfoto ria. Banyak spot menarik untuk dijepret.
Inilah dekorasi dengan tema United Kingdom
Perjalanan jauh menuju area Bromo pun dimulai. Sampai sana rasanya sudah lelah dan tidak ada nafsu makan lagi saat singgah di Restoran Rawon Nguling yang menyajikan menu utama rawon. Saya hanya ingin mandi dan beristirahat. Maklumlah, saat itu tubuh sudah berkeringat sehabis berlari-larian di Museum Angkut demi mengejar waktu untuk berfoto ria.
Sampai di Suka Pura Permai, udara dinginpun menyapa. Karena sudah menjelang tengah malam dan besok harus bangun pagi-pagi sekali ke Bromo, saya segera mandi dan langsung beristirahat.
Day 3:
Pukul 02.00 pagi, perjalanan menuju Bromo dimulai! Dengan menumpang mobil Jeep yang sudah disiapkan, lima orang peserta plus sopir di setiap Jeep berangkat menuju Bromo dengan kostum siap tempur. Ada yang menggunakan jaket, sweater, topi, masker, sarung tangan, syal, dan perlengkapan penghangat lainnya. Walaupun di sepanjang jalan saya berkali-kali menutup mata, namun guncangan-guncangan tetap saja terasa sangat nyata.
Perut kosong terasa diguncang-guncang di sepanjang perjalanan yang berliku-liku. Untung saja saya bisa bertahan sampai di tempat tujuan. Begitu keluar dari Jeep, kondisi terasa sangat dingin. Entah karena tubuh yang belum beradaptasi di pagi itu ataukah karena suhu yang perlahan naik, ketika sudah tiba di pananjakan menantikan sunrise ternyata tubuh ini sudah tidak terasa kedinginan seperti di awal tadi. Walaupun tetap saja hawa dingin keluar dari mulut ini. Kapan lagi bisa ada hawa dingin yang keluar dari mulut? 😀
Sesampainya di Puncak Pananjakan, sayangnya kami belum beruntung karena kabut menyelimuti langit membuat ratusan atau bahkan ribuan orang yang ke Bromo harus gigit jari. Tidak ada pemandangan sunrise elok layaknya foto-foto di internet atau media sosial. Hanya ada kabut tebal yang menghiasi layar kamera ini. 😦 Oh ya, di sana juga ada banyak ojek yang menawarkan jasanya. Tapi jaraknya tidak terlalu jauh sih, jadi bisa ditempuh dengan jalan kaki saja.
Tak berlama-lama, kami turun menuju tempat parkir Jeep yang sudah menanti untuk lanjut ke kawah. Jika Anda pernah melihat foto orang-orang naik kuda atau pernah mendengar pengalaman orang naik anak tangga menuju ke kawah, di sinilah tempatnya! Turun dari mobil, sudah ada beberapa bapak-bapak membawa kuda untuk ditawarkan. Harganya Rp.100.000,- pulang pergi. Melihat anak tangga dari kejauhan, terbayanglah betapa jauhnya perjalanan yang akan ditempuh. Ternyata bukan karena faktor jarak, tetapi faktor tanjakan berpasir nan dingin dan berdebulah yang membuas napas saya tersengal-sengal. Saya sendiri memilih tidak naik kuda mengingat saya membawa baju dengan jumlah pas-pasan dan baju ini akan saya pakai sepanjang hari. Jadi saya takut akan kotor jika naik kuda. Saya juga belum pernah naik kuda, jadi agak khawatir mengingat ada tanjakan yang tinggi di depan mata.
Sebelum sempat sampai ke anak tangga ternyata saya sudah lelah. Saya pikir-pikir sebaiknya saya tidak naik ke kawah. Pertimbangan karena saya pikir kondisinya akan sama-sama berkabut. Eh.. Kebetulan bertemu dengan teman-teman Tomang, saya memutuskan duduk bersantai saja sambil berfoto-foto. Sewaktu kami duduk, beberapa kuda terdengar kelelahan saat naik. Napas sang kuda terdengar jelas di telinga kami. Ada juga motor yang bisa menerobos lautan pasir sampai atas. 😮
Hasil iseng-iseng panorama sewaktu bersantai
Ketika teman-teman Tomang sudah mulai turun dari atas kawah, kami ikut turun juga. Kali ini rute turunnya mengambil rute samping untuk menghindari jalanan kuda yang berdebu. Rute turunnya sangat mudah, 180 derajat dibandingkan dengan rute naik yang melelahkan.
Menuju destinasi berikutnya, ke Bukit Teletubbies dan Pasir Berbisik. Cuaca sudah mulai menghangat. Konon sebelum ada “Teletubbies”, tempat tersebut tidak memiliki nama komersil, hanya disebut bukit biasa saja. Begitupula dengan lokasi Pasir Berbisik. Sebelum ada kisah “Pasir Berbisik” dulunya tempat itu dinamakan “Pasir Bersisik” karena pasirnya berbutir seperti sisik. Makanya kalau Anda mencari informasi tempat ini di media sosial, Anda bisa mencarinya dengan kedua nama terebut, sama saja. Tempat ini cukup indah untuk foto-foto. Seolah foto yang bisa bercerita akan kesunyian. 😀
Ceritanya sih ini foto candid di Pasir Berbisik
Perjalanan di Bromo akhirnya selesai juga. Siangnya kami kembali ke penginapan untuk mandi dan check-out. Dari kawasan Bromo, kami beranjak menuju ke Surabaya. Beberapa kali saya tertidur di bis. Tak terasa, sorenya kami sudah tiba di area pelabuhan untuk naik kapal pesiar Artama 3 melewati perairan Suramadu. Angin sepoi-sepoi bertiup di atas kapal. Entah karena ombak yang lumayan besar ataukah kapal yang kecil, saya sempat merasakan sedikit mabuk. Untungnya tidak terlalu parah dan masih bisa menikmati perjalanan sampai selesai.
Matahari telah terbenam dan langit perlahan semakin gelap. Perjalanan hari ini diakhiri dengan istirahat di Hotel Sahid, Surabaya. Saat pertama mendengar nama Sahid, sudah terbayangkan hotel yang mewah dan keren. Namun imajinasi itu agak pupus ketika masuk ruangan. 😀 Kondisinya ternyata sudah terlihat tua. Keran-keran tampak sudah menghitam berkarat, serta tampak kotoran menghiasi pojok kamar mandi. Untung saja saya sempat membawa serta sandal dari Hotel Grand View sehingga bisa dipakai untuk alas kaki di kamar mandi. Beberapa teman malah sempat bermasalah dengan air kotor dan ruangan yang panas.
Di luar dari masalah kamar mandi, saya bisa tidur dengan nyenyak. Setelah kurang tidur selama di Malang dan Bromo, akhirnya bisa merasakan tidur dengan puas di Surabaya ini. Untuk breakfastnya juga memuaskan. Banyak menu pilihan yang bisa dimakan, mulai dari bubur ayam, roti, kue, sereal, nasi, dan aneka lauk pauk.
Day 4:
Pukul 09.00 kami sudah kembali naik bis untuk mengunjungi pusat kerajinan kulit dan tas Tanggulangin. Tas-tas dan kerajinan kulit lainnya seperti yang sering dijual-jual di Mangga Dua. Saya sendiri tidak ikut belanja kerajinan tersebut. Untuk oleh-oleh, saya sudah belanja makanan ringan dari sejak di Toko Brawijaya pada hari ke-2.
Perjalanan panjang menuju Madura untuk menikmati pemandangan Suramadu serta Bebek Goreng Sinjay yang terkenal. Sepertinya beberapa teman sudah kebelet buang air kecil, sampai-sampai Mas Ade, tour leader kami sempat bercanda bahwa kami ini cocok ikut wisata toilet karena sebentar-sebentar selalu minta ke toilet. Hehe..
Bebek Sinjay ini memang nikmat sekali. Ditambah lagi dengan sambal mangga yang keterlaluan pedasnya serta rasa gurih dan asin bebek membuat saya lupa diri melahap habis santapan yang ada di depan saya. Padahal awalnya sempat ragu apakah saya mampu menghabiskan nasi yang porsinya cukup besar. Tapi karena rasa asin dari bebek goreng membuat saya melahap habis nasi putih hangat di piring saya. Ditambah dengan satu buah kelapa segar nan mengenyangkan. Menurut Mas Ade dan Mas Dion, jika tidak reservasi duluan, sangat sulit mendapatkan tempat di rumah makan ini. Kita harus mengantri cukup lama untuk dapat menikmati kedasyatan si bebek goreng.
Penampilan biasa saja, rasanya luar biasa!
Kembali melewati Suramadu untuk menuju ke Surabaya. Mas Ade juga sempat menceritakan sejarah Suramadu. Dulunya ada sekitar 20 narapidana Korea yang ditarik untuk jadi buruh dalam pengerjaan jembatan ini dengan iming-iming pengurangan masa tahanan sehingga bisa bebas setelah pengerjaan jembatan. Namun setelah jembatan jadi, mereka lenyap tanpa jejak. Seperti cerita di film-film saja, ya? 😮
Kembali ke Surabaya, kami menuju ke House of Sampoerna. Dari namanya saja, tentu Anda sudah tak asing dengan merk rokok yang satu ini. Mendengar sedikit intro dari petugas museum, saya dan teman-teman melanjutkan foto-foto di dalam museum. Dekorasi dan interior jaman dulu terasa sangat kental di sini.
Sambil jaga warung di House of Sampoerna
Perjalanan kami ditutup dengan mengunjugi Restoran Kepiting Cak Gundul. Diburu waktu, kami makan dengan cepat supaya bisa tiba di Bandara Juanda tepat waktu. Dari Surabaya, kami naik Citilink menuju ke Jakarta. Setelah delay sekitar 1 jam lamanya, pesawat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba menjelang tengah malam. Kami tiba dengan selamat di Jakarta sekitar Pukul 02.00 dan dilanjutkan dengan perjalanan ke rumah masing-masing. Perjalanan selama 4 hari 3 malam ini akhirnya berakhir sudah. Berangkat pagi, pulang pagi! 😀 Saatnya mandi dan beristirahat!
Dari sekian banyak tempat yang dikunjungi, saya paling suka dengan Batu Night Spectacular, Movie Star Studio di Museum Angkut, serta Jatim Park. Sayangnya kami hanya mengunjungi Jatim Park 2 saja. Oh ya, Coban Rondo juga bagus. Tak lupa Pasir Berbisik yang tak kalah keren untuk kegiatan foto-foto. Padahal sebelum berangkat, tempat yang paling ingin saya kunjungi adalah Bromo. Ternyata setelah sampai sana, banyak tempat baru yang menarik.
Sedangkan untuk penginapannya, saya memilih Grand View Pujon dibandingkan dua penginapan yang lain.
Nah, makanan favorit saya selama di sana jatuh pada Bebek Sinjay. Rasa asin dan gurihnya nikmat di lidah. Selama di sana rata-rata masakan disajikan dengan citarasa Jawa yang manis. Jadi saat bertemu Bebek Sinjay, akhirnya bisa juga makan makanan asin nan pedas.
Perjalanan saya mengunjungi tempat-tempat baru selama outing ini merupakan hal yang menyenangkan. Banyak pengalaman, cerita, foto, dan pengetahuan baru yang saya dapatkan. Hanya saja jadwalnya terkadang terasa cukup padat serta berada di bis dalam waktu cukup lama membuat kondisi tubuh terasa kurang optimal.
Foto-foto lainnya:
Air Terjun Coban Rondo
disewakan. Selain menanjak dan berpasir, jalanan berdebu dan dingin bikin ngap-ngapan. (Bromo)
Museum Angkut Batu (Movie Star Studio yang keren interiornya serasa di USS) Hehe..
Ini di Jatim Park 2. Posenya serasa kelelep di aquarium
House of Sampoerna
Nah.. Ini Nasi Bebek Sinjay dan Kepiting Cak Gundul