Jalan-jalan ke Vietnam dan Kamboja 2024


As usual, ini cuma buat dokumentasi pribadi biar gak lupa. Udah ke mana aja dan ngapain aja selama di Vietnam dan Kamboja.

Vietnam

Pertama-tama ke Hanoi duluan. Jadi kita akan ke utara lalu ke selatan. Tiba di bandara Hanoi to Sapa, langsung naik sleeper bus naik Sao Viet. Cari info sana-sini, Sao Viet ini yang recommended secara seat dan ada toilet di busnya.

Sleeper Bus Hanoi-Sapa Around Pk.23.00 – 05.00

International Lobby:

Please head outside the arrival hall to (1st floor, Arrival A1, Column 17 )

Nanti akan dijemput pakai minivan untuk menuju ke lokasi busnya.

Pas berangkat ini, tidur di bagian bawah. Jujur gak bisa tidur karena berisik mesinnya. Merem melek selama kurang lebih 6 jam, lalu bangun pagi udah sampai di Sa Pa. Kita lanjut ke Hotel Sapa Centre. Karena udah pesan untuk diantar ke hotel, jadi dianterin dari lokasi Sao Viet office ke Sapa Centre Hotel.

Cari sarapan, ngopi Cong Ca Phe, dan muter-muter di danau buat foto-foto. Lalu ke Cat Cat Village. Naik ojek pangkalan one way 50.000 VND. Sa Pa memang sejuk tapi kalo dibawa muter turun naik tangga di Cat Cat Village, asli keringetan juga haha. Baliknya langsung ke Viettrekking Cafe yang recommended viewnya. Ojek pangkalannya 50.000 VND lagi.

Ke Sa Pa, pastinya ke Fansipan juga dong. Kabutnya luar biasa pas ke sana haha. Walaupun zonk tapi pengalaman lah udah pernah ke puncak Fansipan bersama angin dan kabut. Main ke another cafe, White Cloud Cafe. Jajan pinggir jalan. And then balik to Hanoi. Nah, gak tau missed di mana. Kan kita udah request minivan untuk pickup kita ke Sapa Centre tapi sampai jam tiba, masih belum dijemput. WA slowres, alhasil kita naik taksi sendiri dah ke Sao Viet officenya. Untung masih kekejer jadwal bus kita tuh udah mau berangkat. Gradak gruduk dah. Kali ini tidur di bunk bed bagian atas. Lebih berasa nih goyangannya. Yang susah tidur, minum antimo deh, biar bisa ngantuk hahaha..

Di Hanoi ngapain aja?

Kulineran, foto-foto di St Joseph Cathedral, ngopi cantik Note Cafe, ngeliatin danau, main ke westlake pagoda dan lotte mallnya buat ngadem, sorenya ketemuan local friend dan nungguin kereta lewat di Hanoi Train Street. Macam turis katrok ngevideoin kereta lewat.

Untungnya kemarin udah keliling-keliling, karena hari ke-dua di Hanoi ini lumayan lama perjalanan PP Incense Village Quang Phu Cau. Seperti yang udah dilihat di Tiktok, ini emang harus pinter cari angle, naik tangga segala, biar bagus angle fotonya.

Hanoi to Da Lat

Tiba di Da Lat, berasa ademnya, sejuknya, vibesnya tuh chill and cozy. Sebagai anak INFJ dan Capricorn yang planningnya A-Z, aku udah cari tahu opsi yang lebih murah daripada Grab.

Lado Taxi 165.000 VND dari bandara ke kota (radiusnya 35km) jadi gak pake argo. Kalo mau balik juga bisa chat WA nanti mereka akan tanya alamat kita dan kasih harganya. Which is lagi-lagi lebih murah daripada Grab. Nah, laundry di Da Lat tuh lebih murah kalo menurut aku tanya-tanya ke beberapa laundry based on google map. 12.000/kg. Jadilah laundry di dekat homestay deh. Sewa motor akhirnya sama pemilik homestay kita soalnya harganya ternyata sama dengan sewa motor di luar. Yodah, kan lebih gampang juga, gak repot pickup dan baliki motor. Jadi sewa motor sama homestay owner kita aja di 150.000/day.

Selama di Da Lat ke mana?

Stay di Selena Da Lat Yersin Homestay. Da Lat Railway Station, Still Cafe, Area Go Da Lat dan sekitarnya, makan com ga (broken rice dengan ayam enak), Datanla, Xom Leo, Reply1994 Cafe, Jju Cafe, Huang Hon Persimmon Cafe, Tiem Ca Phe Tui Mo To dan Cheo Veooo, nyobain avocado ice cream, night market.

Da Lat to Ho Chi Minh City

Btw kalo di Vietnam, harus buka sepatu ya, sepatunya discan dulu hihi.. Sebenernya udah banyak riset bus 152 atau 109 segala macem harga dan rutenya udah tau semua, tapi karena rempong dan karena cek harga Grab patungan, gak beda jauh sama bus. Mending naik Grab. Kalo naik Grab, keluar bandara jalan lurus nyeberang nanti cari aja tulisan pillar 5. Nanti keliatan tempat orang-orang nunggu mobil Grab/Taksi gitu dah. Kasih tau aja kamu di pillar nomor berapa ke drivernya.

Di Saigon ngapain?

Stay di The Hotel Nicecy. Ketemu temen local, muterin sekitar Bach Dang Wharf dan sekitarnya seperti opera house situ. Ke Ben Thanh Market. Jolibee Pasteur. Tan Dinh Church. Book Street & Saigon Central Post Office. Big C. To be honest, walaupun Big C nya gede tapi ada rasa bingung juga mau beli apa. Nyesuaiin budget yang udah tipis wkwkk.. Menurutku harga stamp postcardnya juga agak pricey ngirim ke negara ASEAN tuh satu harga. Kalo gak salah inget, pas ngirim postcard dari Jeju ke Indo, aku sempet ngerasa wah lebih murah.

HCMC to Phu Quoc

Stay di Sleepbox Hostel Phuquoc. Menurutku ini agak kureng ya dibandingkan yang lain. AC nya gak dingin. Trus sempet bocor, receptionistnya gak bisa Bahasa Inggris. Gak ditawarin pindah kamar, sampai kami yang harus minta pindah kamar. Bocornya parah wehh, masa dipaksa tetep stay di kamar itu? Gak mungkin. Trus menurutku kebersihannya bisa ditingkatkan. Di Phu Quoc naik VinBus 17 hijau aja. Free! Kalau mau cek jadwal timetable bisa donlot apps nya.

Di Phu Quoc yang panas itu, ke mana aja?

Emang gak mau ke banyak tempat sih. Cuma ke sekitaran night market, grand world, dan sunset town aja. Makanya sewa motornya juga cuma 4 jam buat ngider ke sunset town doang.

Phu Quoc to Phnom Penh

Ke bandara, lagi-lagi naik VinBus si hijau gratisan ini membantu banget.

Nah, di Phnom Penh ngapain aja?

Stay di 4 Rivers Hotel, lokasinya strategis sih. Di sana gampang cari tuktuk dari Grab aja. Tapi puyengnya di Kamboja tuh dua currency riel dan USD jadi harus itung-itungan hahaha. Kan bawa USD tuh, pecahan 100 USD nahh pas beli simcard 5 USD, kaga ada kembaliannya. Jadilah tuh mulai drama nuker duit di Sevel, beli beberapa item, trus kembaliannya dicampur ada USD dan Riel. Day 1 masih culture shock wkwkk.. Baru akhirnya bisa itung-itungan sendiri. 1 riel 4 rupiah. 1 usd 16.000 rupiah. USD ke riel berapa hayooo? 1 USD 4.000 riel. Oh ya, di sana sebenernya iseng aja karena sekalian udah ke Vietnam. Gak ke Angkor Wat juga karena gak cukup waktunya. Cuma muter-muter. Riverwalk Night Market, AEON, The elysee, Central Market, Royal Palace, Independence Monument, dan Wat-Wat yang kami lewati sepanjang jalan.

So, it’s time to go home.

Kia Ora from New Zealand


Yay, perjalanan ke New Zealand ini menjadi perjalanan pertama, sendirian ikut open trip, dan juga pengalaman skydive pertama.

Bucket list? Checked!
Ke sana ikut open trip. Dalam perjalanan 9 hari ini kita bakalan menjelajah north dan south island dalam waktu 9 hari. Awalnya sih tertarik karena banyak hari kejepit tanggalan merah. Diperkirakan cuma perlu cuti 4-5 hari. Tapi karena jadwal yang berubah ujung-ujungnya jadi cuti 7 hari deh. Kita naik Qantas dan transit di Sydney.
Kisah dibalik pembuatan E-Visa NZ bisa dilihat di sini
Kota pertama adalah Auckland. Yes! Kita mendarat di Auckland sore hari. Antrian custom yang panjang membuat kami kelar menjelang malam hari. Tahu sendiri lah customnya ketat. Saya sendiri membawa makanan instant yang dibungkus seal seperti mie gelas, sup instant, dan nasi instant. Serta membawa tripod (yes tripod pun saya declare karena benda yang dipakai di outdoor dan kemungkinan memiliki kontak dengan soil perlu dideclare). Obat-obatan juga di-declare baik obat bebas maupun resep dokter yang saya sertakan copy resepnya. Nyatanya petugas tidak terlalu mempermasalahkan bawaan saya karena makanan yang saya bawapun tidak mengandung daging segar, telur segar, dan sebagainya. Kalau cuma makanan instant seperti itu rasanya ingredientnya tidak dipermasalahkan karena bukan bahan makanan segar.
Okay kembali ke topik.
Day 1:
Simcard: 25
Makan: 12.5
Minum: 0.89
Total: 38.39
Menginap di Ibis Auckland Ellerslie, kamarnya cukup sempit kalau bawa koper gede. Karena hari sudah malam jadinya cuma numpang tidur saja di sini.
Day 2:
Skydive: 385
Bus: 3.5
Makan: 24
Train: 5.5
Convenience Store: 9.8
Total: 427.8
Besoknya siap untuk tandem skydive! Saya memilih operator GoskydiveNZ karena harganya yang kompetitif, pilihan paketnya yang cocok, dan yang asyik adalah kita bisa dipickup dari tempat kita menginap sesuai dengan jadwal skydive kita. Kalau beberapa operator lain ada yang pickup di meeting point mereka dan ada yang jadwal pickupnya sehari satu kali sehingga kita harus menyesuaikan jadwal mereka dengan jadwal kita tersebut.
skydive
How was it?
It was great! Ternyata tidak semenakutkan yang saya kira. Malahan IMHO lebih takut pas mau loncat bungee jumping. Mungkin karena faktor “loncat sendiri” saat bungee jumping. Sedangkan ini kan ada tandem instructor yang menemani kita. Sebelum loncat, kita sudah dibekali instruksi. Kepala hadap ke atas, kaki ditekuk, posisi tangan, dan sebagainya. Saat loncat yang saya rasakan hanyalah terpaan angin yang luar biasa. Mau teriak suaranya ga kedengeran bo! Soalnya ketutupan suara angin. Dihempas sekian detik barulah posisi kita bakalan normal lagi dan mulai fokus untuk menikmati pemandangan dari ketinggian.
Siangnya saya di drop off di Mt. Eden Summit. Dari sini foto-foto dengan latar view kota Auckland. Kita bisa melihat skytower dari Mt. Eden ini.
mteden
Selanjutnya saya sudah berencana berpetualang ke daerah Wynyard Quarter sampai malam hari. Biar bisa night photography. Gunakan Google Map untuk mencari halte bus terdekat ke tujuan berikutnya. Pengalaman naik bus yang menyenangkan. Tak masalah kalau tidak membeli kartu transportasi AT Hop Card, karena kita bisa bayar cash. Siapkan saja koin 3.5 NZD. Saya pun tinggal duduk manis sampai di Halte Britomart. Pencet bel kalau mau turun bus. Sambil memperhatikan penumpang bisa turun dari pintu depan dan belakang. Dari sana kembali menggunakan Google Map mengelilingi area tersebut. Dinner Fish and Chip di Crab Shack porsinya astaga.. Memang ya makanan di sini porsinya super deh. Two thumbs up! Nggak sanggup menghabiskan makanan sebanyak ini.
Menjelang malam, menuju Wynyard Quarter untuk mendapatkan view malam. Suasana sepi (baru hari pertama udah berasa sepinya dan semakin menjelajah NZ di keesokan harinya, semakin berasa pula slow life di NZ), angin 12 derajat semriwing, dan view pemandangan outdoor berlatarkan Sky Tower yang cantik tidak bisa kita rasakan di Jakarta.
wynyard.jpg
Oh ya, kembali dari Britomart Station ke Ibis Auckland Ellerslie yang termudah dengan kereta single ticket 5.5 NZD. Stop di Greenlane Station dan jalan kaki 5 menitan ke hotel. It’s quite easy. Keretanya juga sepii haha.. Padahal kalau commuter Jakarta jam segitu bakalan rame padet poooll. Oh ya, yang menarik di kereta ini. Saat tiba di pemberhentian kamu harus pencet tombol di pintu keluar agar pintunya terbuka. Semacam tombol buka tutup di lift. Jadi pintunya nggak otomatis terbuka. Kalau nggak ada penumpang ya pintunya tetap tertutup. Hmmm.. Berkelana sendirian tanpa ikut open trip seharian ini membuat saya merasakan public transportation mereka.
Day 3:
Makan: 18.5
Convenience Store: 2
Total: 20.5
 
Siangnya mampir ke One Tree Hill, Auckland. Selanjutnya perjalanan from Auckland to Rotorua, sekitar 3-4 jam perjalanan. Keliling-keliling cari makan, mengelilingi Lake Rotorua sampai puas, lalu ke motel, tak terasa ternyata sudah gelap. Sepiii..
Day 4:
Makan: 11
Convenience Store: 5.27
Total: 16.27
 
Hari ini perjalanan ke Mata Mata. Yup! Mau ke Hobitton asli made in NZ bukan Lembang ya. Sebelumnya kita sudah bayar 866.500 IDR ke pihak open trip. Jadi sampai sana tinggal ikut tur saja. Kita bakal dijelasin detail seputar tempat ini. Katanya dulu ada tim die hard fans Lord of the Rings yang datang mengelilingi lokasi-lokasi syuting LOTR dan saat ke Hobitton mereka bercosplay ria dengan kostum ala Hobbit.
hobbir.jpg
Balik dari Hobitton ada free time. Ada yang ikut optional Te Puia dinner 125 NZD tapi karena saya tidak tertarik jadi saya tidak ikutan. Lebih tertarik mengeksplor Kuirau Park sih. Soalnya ini geothermal park yang gratis dan pas lihat foto di jembatan dengan dihiasi asap-asap putih itu kayaknya keren dah. Eksplor sampai malam bo! Nggak suggest sih karena sudah gelap dan sepi kan bahaya. Ini gara-gara saya melihat kepulan asap kayaknya keren kalau night photography di sini. Haha..
kuirau.jpg
Kelar foto-foto, baru deh balik jalan kaki ke Union Victoria Motel. Oh ya mau review motelnya sendiri tua. Satu ruang cukup besar bisa memuat 5-6 orang dan ada dapurnya. Enak kan bisa masak-masak. Cuma karena sudah tua, jadi ada kesan kurang clean.
Day 5:
Toilet di Huka Falls: 0.5
Makan Burgerfuel: 7.5
Makan: 8.5
Total 16.5
 
Hari ini perjalanan ke Huka Falls dan Lake Taupo.
hukafalls.jpg
Serta numpang tidur di Willis Hotel Wellington. Kamarnya nyaman lho. Sayangnya cuma menginap semalam saja di sini karena pagi-pagi harus melanjutkan ke South Island.
 
Day 6:
Convenience Store: 8.75
Makan: 3.5
Subway Cookies: 1.1
Fergburger: 14.9
Oleh-oleh: 77.6
Total 105.85
Wellington to Queenstown by Jetstar menginap di Queenstown Village Apartment. Apartmentnya nyaman dan besar. Tentunya ada kitchen buat masak-masak cantik.
Mampir di Lake Wakatipu dan Lake Wanaka. Di Lake Wanaka rasanya kurang lengkap kalau belum menikmati si pohon ikonik satu ini. Walaupun harus menerjang angin kencang 20km/jam dan sempat oleng tertiup angin tapi demi sang pohon.
wanaka.jpg
Day 7:
Milford Sound: 150
Oleh-Oleh: 11
Total 161
Seharian menikmati pemandangan Milford Sound. Alias Halong Bay Vietnam kali ya. Beberapa kali kapal bergoyang ria tapi nggak bikin mabuk laut kok. Di sini sudah include transportasi PP, ferry, dan makan siang.
Day 8:
Oleh-oleh: 49.3
Makan: 7
Makan: 18
Total:74.3
Hello Christchurch! Eh sampai-sampai hari sudah sore. Soalnya perjalanan dari Queenstown ke Christchurch memang sekitar 6-7 jam ditambah mampir-mampir foto cantik di beberapa spot termasuk pinggir jalan Cromwell, Lake Pukaki, Lake Tekapo dan Church of the Good Shepherd. Berasa banget view yang cantik, air yang biru, dan gunung indah itu bagaikan healing theraphy. Btw.. Kalau slow life di sini cantik sih tapi bakalan bosen ga yaaaa…
We’re lucky to see this leftover Lupins yang mekarnya di musim panas. Secara udah musim gugur kirain ga bakalan ada Lupin lagi.
lupin.jpg
Sampai di Christchurch puas-puasin belanja dan siap kembali ke realita.
Day 9:
Kembali ke Jakarta dan menghadapi realita.
Oleh-oleh: 24.5
Tip: 50
Total: 74.5
Memang ya New Zealand itu rame dombanya haha.. Kalau mau slow life menikmati road trip dengan pemandangan indah bukit hijau, pegunungan, atau mampir di danau. Juara deh!
Untuk foto-foto narsis selengkapnya ada di @natbynatalia
Harap maklum kalau fotonya bagaikan photo studio dengan backdrop pemandangan cantik. Ini memang NZ pemandangannya secantik backdrop sih.

Trip to Hong Kong, Macau, Shenzhen


Memulai perjalanan dari CGK-KUL-HKG pada tanggal 30 April 2016.

Baru saja menginjakkan kaki di Soekarno Hatta, cukup shock mendengar kabar bahwa flight kami dari CGK-KUL ternyata dicancel flightnya dikarenakan ada beberapa pesawat yang mengalami masalah dan tidak bisa terbang dari Kuala Lumpur. Menunggu 30 menit, untunglah kami bisa mendapatkan seat di flight lain yang sudah akan segera terbang. Dengan terburu-buru, kami menuju gate ruang tunggu dan syukurlah bisa tetap terbang malam itu juga. Mengingat para penumpang yang direct flight ke KL semua sudah diinapkan ke hotel dan pindah ke flight besok pagi. Hanya penumpang fly thru yang didahulukan terbang malam ini juga.

flightdetails.JPG

Sesampainya di KLIA2 sudah tengah malam. Ikuti arah ke International Transfer. Karena sudah dapat boarding pass dari Jakarta, jadi tinggal menunggu jam boarding dan menunggu info gate seperti yang tertera di layar informasi departure.

Tanpa berbekal uang ringgit, kami ngamper di bangku-bangku foodcourt. Di sana, saat hari sudah larut, beberapa orang tampak tidur di bangku-bangku itu. Siapkan jaket, jeans panjang, dan kaos kaki jika Anda tidak mau kedinginan.

Setelah melewati beberapa jam tidur seadanya (dan tidak bisa nyenyak), pagi akhirnya tiba. Beres-beres, cuci muka, dan gosok gigi dulu. oh ya, bagi yang mau mandi bisa turun ke lantai departure. Tepat di belakang lift, ada toilet yang memiliki kucuran shower. Nah di dekat daerah sini juga merupakan spot orang tidur juga. Kalau di sini lebih redup dan sunyi.

Singkat cerita, sesampainya di HKIA, hal pertama yang dilakukan adalah membeli Octopus Card di loket Airport Express Information dan Simcard di 1010. Lokasinya berdekatan, yakni setelah Anda keluar imigrasi. Harga simcardnya cukup mahal hiks.. Karena cuma ada yang paket 5GB untuk seminggu.

Day 1:
Ngong Ping, Ladies Market

Dari Airport, naik bus A21. Ikuti saja petunjuk exit airport menuju tempat pemberhentian bus. Lihat petunjuk arah “BUS”. Pembayaran dengan Octopus Card 33 HKD. Turun di halte Argyle Center. Untuk selengkapnya bisa lihat jalur PPnya di sini.

Kami menginap di A-Inn Hostel (lokasi di Mongkok) MTR Mong Kok Exit D2. Patokannya, saat exit D2, lurus ke arah Seven Eleven, tepat sebelum Sevel, ada belokan ke kiri. Langsung belok ke situ dan akan terlihat bangunan Sincere House. Naik ke lt.14 untuk check in.

Setelah mengisi perut, kami menuju ke Ngong Ping. Perjalanan ke sana menggunakan MTR. Cara naik MTR sama seperti kendaraan subway/train/kereta/MRT/TransJakarta atau apapun sebutannya di negara lain.

Contoh: Dari MTR Mong Kok mau ke Tung Chung >> Naik arah Tsuen Wan (Merah) lalu interchange di Lai King pindah ke jalur Orange arah Tung Chung.

mtr_routemap_510

Dari MTR Tung Chung Exit B, Anda akan melihat Citygate Outlets dari kejauhan. Ikuti petunjuk naik Cable Car, naiklah eskalator mengikuti antrian dan beli tiket cable car (ada pilihan standard cabin dan crystal cabin). Kami memilih yang standard saja dan pulang dengan bus no.23. Pembayaran juga dengan saldo Octopus Card. Harganya 27 HKD. Jauh lebih murah jika dibandingkan tiket Cable Car yang mencapai 130 HKD. Tapi pengalaman naik cable car cukup seru karena cukup jauh, tinggi, dan berkabut.

np
Ladies Market MTR Mong Kok Exit E2, sepanjang jalan sudah dipenuhi dengan berbagai barang yang dijual. Penuh dengan hiruk pikuk lautan manusia dan riuh rendah suara loudspeaker sepanjang jalan. Carilah barang yang murah. Kemarin saya beli flashdisk harganya 100 HKD = 10 pcs. Kaos oleh-oleh 100 HKD = 5 pcs.

Pengeluaran :

  1. Simcard 218 HKD
  2. Octopus 150 HKD
  3. Makan siang 25 HKD
  4. Minum 8 HKD
  5. Ngong Ping Cable Car 130 HKD
  6. Isi ulang Octopus 100 HKD >> dipakai untuk MTR, Bus A21, Bus no.23,
  7. Belanja di Ladies Market flashdisk, kaos, makanan, dll 320 HKD
  8. Makan malam Sevel 60 HKD
  9. Tiket dan Penginapan (Paketan Airasia Go) 3.750.000 IDR – Bagasi 180.000 IDR @ 10 kg – Meal 40.000 IDR
  • Sub total 1.011 HKD & 3.970.000 IDR

Day 2:
Times Square, Via Tokyo, The Peak, Symphony of Light

Hari ke-2 masih menjadi hari libur nasional di HK. Rencananya hari ini bermain di daerah Hong Kong island saja.  MTR Causeway Bay Exit A ada Times Square, mall besar ini memiliki brand-brand terkenal. Di Exit F1 ada Via Tokyo yang menyajikan dessert berbahan utama green tea yang menjadi andalannya.

The Peak. Turun di MTR Stasiun Central, exit J2 naik keluar belok kanan ke Chater Garden. Cari penyeberangan jalan menuju ke Queen’s Road Central, Garden Road, dan sambil menyusuri jalan kita akan melihat Bank of China & Citibank Plaza di sebelah kiri. Di sebelah kanan seberang Citibank juga terdapat St. John Cathedral, dan terdapat banyak petunjuk jalan, tinggal kita mencari arah ke Peak Tram. Di ujung jalan Garden Road, terdapat petunjuk jalan besar ke Peak Tram, tinggal menyeberangi jalan dan kita akan sampai di ticket office untuk Peak Tram ke The Peak. Sayangnya saat ke sana sedang ada perbaikan tram. Jadi semua penumpang dialihkan menggunakan bus ke sana. Antrian cukup ramai tapi karena bus Hong Kong cukup besar jadi bisa memuat banyak orang sekaligus. Harganya sekitar 9.8 HKD sekali jalan. Jadi sekitar 20 HKD PP.

thepeak

Sesampainya di The Peak, kondisi cukup berkabut tebal dan sempat disertai hujan gerimis. Setelah berkeliling, akhirnya makan siang jam 16.00 dan kembali ke daerah Tsim Sha Tsui Promenade. Menuju MTR East Tsim Sha Tsui Station, Exit J. Jalan ikuti petunjuk ke arah Tsim Sha Tsui Promenade. Patokannya lihat ada jembatan. Cukup kecewa ternyata saat ke sana, tidak ada pertunjukkan laser spektakuler seperti harapan. Hanya ada beberapa menit kedipan laser singkat mengudara ke langit. Entah apakah biasanya memang seperti ini juga? Perjalanan hari ini cukup melelahkan setelah menempuh > 20.000 langkah kaki. Saatnya istirahat!

kaki.jpg

Pengeluaran :

  1. Sarapan di Causeway Bay Area 29 HKD
  2. Via Tokyo 25 HKD
  3. Beli Kacang 12 HKD
  4. Makan Siang di The Peak 63 HKD
  5. Makan malam roti 21 HKD
  6. Isi ulang Octopus 100 HKD >> Dipakai untuk MTR, Bus PP The Peak
  7. dll 20 HKD
  • Sub total 270 HKD

Day 3:
Windows of the World, Splendid China, Dong Men Market (Shenzhen)

Perjalanan menuju Shenzhen dilakukan dengan menyeberang dari MTR Lo Wu. Ikuti petunjuk sampai Luo Hu (Shenzhen). Mengurus imigrasi terlebih dahulu ya. Dengan VOA seharga 169 Yuan/RMB, di lantai 2, kita bisa menyeberang ke Shenzhen. Isi formulir yang tersedia di lantai 2. Masuk ruang tunggu dan ambil karcis waiting list seperti di bank, tunggu nomor kita muncul dan berjalanlah ke loket pertama untuk menyerahkan form dan paspor. Setelah selesai, ke loket pembayaran di sebelahnya untuk memberikan uang yuan/RMB. Duduk sebentar dan tunggu loket terakhir (loket pengambilan visa + paspor) menunjukkan nomor kita. Taddaaa.. visa pun tertempel di dalam paspor kita. Tinggal turun lagi ke bawah dan menuju imigrasi, isi form lagi untuk menyeberang ke daratan China.

Di Shenzhen, transportasi menggunakan Metro. Caranya, lihat peta dan beli token transportasi warna hijau untuk sekali jalan. Pilih Bahasa Inggris, lalu pilih stasiun tujuan Anda, masukkan uang yang diminta (Anda akan memerlukan uang pecahan kecil, bisa ditukar di loket dengan petugas, atau pecahin uang di vending machine minuman). Dan sebuah token hijau pun keluar dari mesin pembelian. Tinggal berjalan dan antri menuju kereta tujuan.

shenzhen-metro

Tujuan pertama adalah ke Window of the World Metro stasiun Window of World exit I/J (世界之窗站 Shìjièzhīchuāng Zhàn). Tiket masuk 160 Yuan. Berisi miniatur dunia. Tempatnya sangat luas dan perlu waktu berjam-jam di sini. Siangnya sangat terik, eh menjelang sore mulai mendung. Karena sudah kesorean, dan cuaca hujan, kami tidak jadi masuk ke Splendid China & China Folk Culture Village.

Selesai mengisi perut, langsung menuju Dongmen Market stasiun Lao Jie 老街站, dan keluar melalui Exit A. Sepanjang kompleks dan jalanan dipenuhi pedagang dengan berbagai barang-barang fashion seperti baju, celana, sepatu, aksesoris, dll. Wah, bagi pecinta belanja memang wajib mampir ke sini! Ibaratnya Platinum Bangkok, ada banyak pilihan barang dengan harga lebih terjangkau dibanding di Hong Kong. Setelah di hari pertama sibuk mikirin oleh-oleh snack, akhirnya di sini bisa belanja buat diri sendiri 😀 Oh ya, orang di sini rata-rata nggak bisa Bahasa Inggris. Sesuai dugaan, jadi ngomongnya sedikit-sedikit lah. Xiao de. Zhe ge. Yi ge. Discount please. Hehe.. Pas pilih menu dengan huruf Mandarin juga, kami mengandalkan google translate apps. Tinggal foto dan scan tulisan.

Hari semakin malam dan hujan tetap mengguyur. Kami kembali ke Metro Luo Hu untuk menyeberang kembali ke Hongkong. Sampai di MTR Lo Wu, cari makanan ringan dan kembali ke hostel.

Pengeluaran :

  1. Sarapan McD 28 HKD
  2. Makan malam 30 HKD
  3. Visa 169 Yuan
  4. Makan Siang Kung Pao Chicken 25 Yuan
  5. Transportasi Metro 14 Yuan
  6. Belanja, tiket masuk WOTW, dll 562 Yuan
  • Sub total 58 HKD & 770 Yuan

Day 4:
Venetian, Senado Square, Ruins of St.Paul (Macau)

Sedikit info yang saya peroleh dari googling, di Hong Kong ada 2 Ferry Terminal yang melayani perjalanan laut menuju Macau yaitu dari mainland (Kowloon) dan dari Sheung Wan. Begitupula di Macau, ada Taipa Terminal dan Macau Maritime Terminal. Kami memilih berangkat dari Sheung Wan saja karena lebih mudah. Cukup ke Shun Tak Centre dengan MTR Sheung Wan  Exit D 3 bisa langsung tembus ke mall Shun Tak Centre. (Kalau yang di Kowloon, sekilas lihat petanya, masih harus jalan kaki lumayan dari MTRnya). Kami naik turbojet dari Sheung Wan (Suntak Centre lt.3) dan turun di Macau Maritime Terminal, Macau. Ke money changer dulu untuk menukarkan HKD dengan MOP.

macauticket.jpg

Jika Anda membeli tiket ferry, pertimbangkanlah waktu keberangkatan dengan waktu yang dibutuhkan untuk melewati antrian imigrasi, plus jalan kaki ke gate ruan tunggu. Jangan terlalu mepet jika tidak mau lari-larian. Anggap saja antrian imigrasi dan proses jalan kaki sampai ke gate membutuhkan 10-15 menit.

Dari ferry terminal, cukup mencari petunjuk shuttle bus. Enaknya, transportasi di Macau seharian ini hanya menggunakan shuttle bus gratisan saja. Ada sederet shuttle bus yang siap menanti Anda di parkiran. menuju shuttle Venetian di paling ujung dan tinggal duduk manis selama sekitar < 30 menit, kita akan tiba di depan Venetian. Keliling dan berfoto-foto (atau mau main judi ya silakan).

ven

Nah, selanjutnya untuk ke Senado Square harus naik shuttle bus berbeda. Tidak bisa dari Venetian. Aak tricky di sini karena kami tidak tahu di mana itu City of Dreams (tempat yang memiliki shuttle bus yang akan kami naiki). Setelah bertanya-tanya ternyata City of Dreams ada di seberang Venetian (Main Lobby). Setelah di main lobby, coba tanya petugas Venetian dulu, exitnya lewat mana kalau mau ke City of Dreams. Jangan sampai salah keluar. Jika exitnya benar, Anda tinggal menyeberang zebra cross saja. City of Dreams sudah terpampang di depan mata. Tinggal masuk dan tanya lagi ke petugasnya cara menuju shuttle bus ke Sintra Hotel. (Ya, benar. Untuk ke Senado Square, pilih shuttle Sintra dan tinggal jalan kaki dari Sintra Hotel ke Senado Square).

Di kanan ada Lisboa, dkk. Jalan ke kiri jika mau ke Senado Square, sampai di seberang kelihatan kantor pos, dan keramaian turis, tinggal mengikuti jalan saja sampai akhirnya tiba di Ruins of St. Paul.

ruin

Di depan sini ada banyak yang jualan cemilan terutama eggtartnya Koi Kei yang terkenal dengan harga 9 MOP/pcs.

egg

Kembali ke Sintra Hostel lagi dengan berjalan kaki (sempat nyasar karena salah belokan hehe). Lalu dari Sintra Hostel kembali dengan shuttle bus ke City of Dreams. Dari City of Dreams ada shuttle langsung ke Macau Terminal maupun Taipa Terminal. Jadi bisa langsung kembali ke ferry terminal dari City of Dreams.

Pengeluaran :

  1. Sarapan macaroni soup, egg, bread set 25 HKD
  2. Ferry 164 HKD
  3. Makan siang di Venetian Foodcourt 78 MOP
  4. Eggtart 27 MOP
  5. Minum 7 MOP
  6. Oleh-oleh kuteks 10 MOP
  7. Oleh-oleh Daiso 15 MOP
  8. Ferry 169 MOP
  9. Makan malam Cakwe 11 HKD
  • Sub total 200 HKD & 306 MOP

Day 5:
Hong Kong Disneyland

Hong Kong Disneyland terletak di Lantau. Posisinya ke arah MTR Sunny Bay lalu lanjut train Disneyland. Jika ada promo lumayan tuh, bisa coba cari di agen wisata, deal online, Klook, dll. Jika patokan dari webnya, dengan harga resmi 539 HKD, Anda sudah bisa mendapatkan tiket masuk adult (one day pass) dan combo meal (makanan dan minuman) >> Promo nih.

Dari jam 10 kurang, kami sudah tiba di sini agar bisa masuk saat gate dibuka. Kebetulan sudah beli tiket dari Indonesia dan sudah ada print out e-ticket. Tinggal antri sebentar dan scan di mesin self service. Keluarlah tiket masuk dan tiket makan untuk 1 hari. Mengapa mending beli paket tiket & meal? Karena dihitung-hitung lebih murah. Kalau beli meal terpisah, rata-rata main course harganya > 100 HKD. Sedangkan waktu itu pas beli di Tokopedia, harga entrance ticket only tidak beda jauh dengan harga plus meal.

Di sini ada beberapa pembagian wilayah: Main Street, U.S.A., Fantasy Land, Mystic Point, Tomorrowland, Toy Story Land, Grizzly Gulch, dan Adventure Land. Saat baru buka, wahana pertama yang kami temui adalah Cinderella Carousel. Karena belum ada antrian, jadi bisa langsung naik. Selanjutnya adalah The Many Adventures of Winnie the Pooh di mana kita diajak berkeliling dengan kereta melihat dan mendengar cerita Pooh, berputar bersama Mad Hatter Tea Cup, istana boneka cantik di It’s a Small World, Mickey’s Philhar Magic 3D, Fantasy Gardens, Railroad, berkeliling kereta di Mystic’s Manor, naik turun UFO di Orbitron, naik mobil-mobilan di Autopia, gila-gilaan teriak di RC Racer yang paling terrifying, Slinky Dog Spin yang menyenangkan, Toy Soldier Parachute Drop punya single rider, Big Grizzly Mountain Runaway Mine Cars, yakni roller coaster seru, punya single rider (sampai-sampai kami naik 3x), dan Closing Parade di malam hari. Sayangnya, beberapa wahana sedang under construction. Oh ya, ada juga wahana baru berbau Stark/Iron Man yang sedang dibangun.

Pengeluaran :

  1. SarapanMcD 28 HKD
  2. Air minum di Disneyland 28 HKD
  3. Isi Octopus 50 HKD >> Dipakai untuk MTR, Bus A21 besok, dan sisa beli camilan
  4. Tiket Disneyland 950.000 IDR
  5. Sevel Black Kimbab 20 HKD
  • Sub total 126 HKD & 950.000 IDR

Day 6:
Grand Plaza, Langham Place, Dimdimsum

Hari terakhir liburan di Hong Kong, kami ke Grand Plaza (MTR Mong Kok Exit E1). Sekalian bisa ke Langham Place juga di sini. Masuk dan jalan-jalan. Masih sempat beli kuteks oleh-oleh di Sasa (tempat jualan kosmetik di HK). Dannn.. di Langham Place sempat melihat standing banner Ikon yang bakal konser pas weekend. Lagu-lagu di mall ini juga Korea semua haha.. Setelah kemarin melihat poster-posteran Yoo Si Jin, baju Yoo Si Jin, ada juga Moon Shot Sandara, bus dengan foto Park Bo Gum. (*abaikan).

Wisata kuliner terakhir di Dimdimsum. Lokasinya dekat dengan A-Inn Hostel dan saking ngehitsnya, sudah ada waiting list padahal restoran baru saja buka. Soal harga, rata-rata 25-30 HKD per porsi. Rasanya biasa saja jadi bingung juga kenapa ngehits banget :p

dds.jpg

Saatnya pulang! Kembali ke hostel untuk mengambil barang titipan. Dengan susah payah memikul dan mengangkat bawaan yang sudah beranak pinak haha.. Kami menuju Exit E1 pas di depan Grand Plaza, ada halte bus A21 ke arah Airport. Ya, dengan kecanggihan website jalur bus, dipadukan dengan google maps, dan google street view, saya berhasil mendapatkan info ini dari internet. Padahal tadinya kalau nggak ketemu, saya sudah siap-siap mau tanya ke petugas hostel, darimana harus naik bus.

Pengeluaran :

  1. Sarapan di Langham Place 81 Ban Japanese Deli 28 HKD
  2. Dimdimsum 60 HKD
  3. Beli cemilan 30 HKD
  4. Kuteks 20 HKD
  • Sub total 138 HKD

TOTAL 4.920.000 IDR + 1.861 HKD (kurs x 1.715 IDR) + 770 Yuan (kurs x 2.045 IDR) + 306 MOP (kurleb 300 HKD) Kurs beli MOP dengan HKD 1,029

Banyak mata uang jadi bingung sendiri hitung menghitung, tukar menukar duitnya. Kurang lebih habis sekitar 4.920.000 + 3.191.615 + 1.574.650 + 514.500 = 10.200.765 IDR. Wah ternyata lumayan besar pengeluaran untuk menjelajah HK, SZ, dan Macau.

Malang-Batu-Bromo-Surabaya


Menjelang akhir tahun 2015, syukurlah bertambah lagi satu perjalanan yang saya tempuh. Kali ini outing bersama dengan teman-teman dari kantor Bisnis 2030, CPSSSoft, dan juga ABC. Perjalanan berlangsung dari 30 September – 3 Oktober 2015. Tempat destinasi outing yang dituju tak terlalu jauh dari ibukota Jakarta. Bertemakan Jawa Timur Fantasy Tour, kami diajak untuk berkeliling area Jawa Timur, antara lain Malang, Bromo, dan Surabaya. Tempat-tempat wisata yang akan saya ceritakan dalam tulisan ini, saya bold untuk supaya tampak lebih menonjol.

Dari pagi-pagi sekali, saya sudah terbangun dan siap-siap berangkat dengan Sriwijaya Air dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandara Abdul Rachman Saleh di Malang. Satu jam perjalanan terasa cukup singkat.


Day 1:
Hari pertama menginjakkan kaki di Malang, kami sudah dijemput tour leader, Mas Ade bersama dengan Mas Dion. Tanpa membuang-buang waktu, bis langsung meluncur ke pusat kota. Rencana di hari pertama, kami akan mengunjungi Bakso Bakar Pak Man, Pantai Bale Kambang, Warung Wareg, Batu Night Spectacular, dan Alun-Alun. Terdengar sangat banyak, bukan? Ya, lumayan!

Setelah mencicipi bakso bakar yang rasanya kurang cocok di lidah, kami menempuh perjalanan cukup panjang ke Pantai Bale Kambang. Oh ya, rasa bakso bakarnya memang kurang cocok di lidah, tapi kuahnya gurih dan di sana bihunnya khas berwarna biru! Sungguh sangat khas!

Setelah berguncang-guncang di dalam bis selama 3 jam melewati jalan sempit nan curam, akhirnya kami bisa menghirup udara segar. Walaupun matahari bersinar terang, tapi angin di sana sepoi-sepoi. Menurut Mas Ade sebagai tour leader kami, Pantai Bale Kambang ini dikenal dengan istilah “Tanah Lot ala Jawa Timur”. Hal ini dikarenakan keberadaan pura di bagian ujung pantai.

Hal pertama yang kami lakukan adalah makan siang di rumah makan pinggir pantai. Menunya utamanya ikan bakar. Sebenarnya ikan bakar tersebut menggugah selera, hanya saja ada lalat-lalat yang berterbangan menghiasi meja makan. Tapi yang namanya sudah lapar, yang penting perut terisi. 🙂 Setelah mengisi perut, kami langsung menuju pantai untuk berfoto-foto selama beberapa jam.

Kegiatan sore dan malam hari diisi dengan makan di Warung Wareg, mengunjungi Batu Night Spectacular, dan Alun-Alun. Entah karena pengaruh banyak makan atau masuk angin, rasanya perut saya di malam itu kurang nyaman. Untungnya setelah dari Warung Wareg, perut saya kembali nyaman. Perjalanan berikutnya ke Batu Night Spectacular dan Alun-Alun bisa berjalan lancar. Di Batu Night Spectacular (BNS) ternyata cukup menarik. Mengingatkan saya pada pasar malam di masa kecil. Ada beberapa wahana permainan yang bisa dinaiki dengan membeli tiket, serta ada toko-toko kaos khas untuk oleh-oleh. Sedangkan di Alun-Alun, ada banyak jajanan di pinggir jalan yang bisa dicicipi. Perjalanan di hari pertama akhirnya selesai sekitar Pukul 22.00 dengan check-in di Grand View Pujon, Malang.

Day 2:
Pagi-pagi kami check-out dari Grand View Pujon. Cuaca di pagi hari ternyata cukup dingin. Namun, setelah bergerak banyak, tubuh sudah mulai beradaptasi. 😀

Tujuan pertama yang kami kunjungi adalah Air Terjun Coban Rondo yang punya kisah legenda jandanya. Bahkan menurut mitos, bagi yang sudah punya pasangan kalau pergi ke sini tanpa pasangan Anda harus berhati-hati. Penasaran kisah selengkapnya? Supaya tulisan saya tidak terlalu panjang, Anda bisa mencari kisahnya sendiri lewat internet. Pemandangan di sini sangat indah membuatnya cocok untuk berfoto ria. Di sini juga tersedia warung jagung bakar dan makanan ringan lainnya.

coban

Air terjunnya dingin!

Pemberhentian berikutnya adalah ke kebun apel. Di sini, para pengunjung dapat memetik apel sepuasnya di kebun. Untuk apel yang dipetik dapat dimakan langsung. Sedangkan apel yang dimasukkan ke kantong plastik harus ditimbang dan dibayar terlebih dahulu sebelum dibawa pulang. Harganya hanya Rp20.000,-/kg. Oh ya, kami naik angkot untuk akses dari dan ke kebun apel. Medan yang berpasir akan membuat alas kaki Anda ikut kotor. Beberapa teman-teman bahkan menyempatkan cuci kaki saat berada di restoran berikutnya. Jadi kalau Anda ke sini, barangkali bisa mempersiapkan alas kaki yang tertutup.

Selesai makan siang, perjalanan dilanjutkan dengan naik bis ke Jatim Park 2 dan Secret Zoo yang letaknya dalam satu kompleks. Tak lupa berfoto bersama di sana. Memasuki museum satwa dan kebun binatang yang ternyata cukup luas. Setiap belokan tertera papan petunjuk “rute selanjutnya”. Rasanya, tak henti-hentinya melihat papan demi papan. Entah kapan perjalanan akan usai, sementara waktu semakin berjalan. Menjelang akhir waktu kunjungan, barulah kami mengetahui bahwa di sana juga ada wahana bermain. Berhubung waktu sudah tidak banyak, saya hanya mencoba naik satu wahana yang ternyata cukup seru dan konyol juga. 😀

Menjelang malam, kami sudah berkeliling lagi di Museum Angkut. Di bagian dalamnya terdapat pajangan-pajangan mobil dan kendaraan antik. Menurut saya yang paling keren dari museum angkut adalah dekorasi Movie Star Studio. Jadi saya sarankan Anda mengeksplorasi hingga ke Movie Star Studio. Saya sempat kagum melihat area yang cukup luas dihias bak dekorasi yang berkonsep keliling dunia. Ada tema Batavia, UK, Las Vegas, dan masih banyak lagi. Serasa berada di Universal Studio mini versi non-wahana. Tempat ini sangat cocok untuk berfoto ria. Banyak spot menarik untuk dijepret.

museum angkut

Inilah dekorasi dengan tema United Kingdom

Perjalanan jauh menuju area Bromo pun dimulai. Sampai sana rasanya sudah lelah dan tidak ada nafsu makan lagi saat singgah di Restoran Rawon Nguling yang menyajikan menu utama rawon. Saya hanya ingin mandi dan beristirahat. Maklumlah, saat itu tubuh sudah berkeringat sehabis berlari-larian di Museum Angkut demi mengejar waktu untuk berfoto ria.

Sampai di Suka Pura Permai, udara dinginpun menyapa. Karena sudah menjelang tengah malam dan besok harus bangun pagi-pagi sekali ke Bromo, saya segera mandi dan langsung beristirahat.

Day 3:
Pukul 02.00 pagi, perjalanan menuju Bromo dimulai! Dengan menumpang mobil Jeep yang sudah disiapkan, lima orang peserta plus sopir di setiap Jeep berangkat menuju Bromo dengan kostum siap tempur. Ada yang menggunakan jaket, sweater, topi, masker, sarung tangan, syal, dan perlengkapan penghangat lainnya. Walaupun di sepanjang jalan saya berkali-kali menutup mata, namun guncangan-guncangan tetap saja terasa sangat nyata.

Perut kosong terasa diguncang-guncang di sepanjang perjalanan yang berliku-liku. Untung saja saya bisa bertahan sampai di tempat tujuan. Begitu keluar dari Jeep, kondisi terasa sangat dingin. Entah karena tubuh yang belum beradaptasi di pagi itu ataukah karena suhu yang perlahan naik, ketika sudah tiba di pananjakan menantikan sunrise ternyata tubuh ini sudah tidak terasa kedinginan seperti di awal tadi. Walaupun tetap saja hawa dingin keluar dari mulut ini. Kapan lagi bisa ada hawa dingin yang keluar dari mulut? 😀

Sesampainya di Puncak Pananjakan, sayangnya kami belum beruntung karena kabut menyelimuti langit membuat ratusan atau bahkan ribuan orang yang ke Bromo harus gigit jari. Tidak ada pemandangan sunrise elok layaknya foto-foto di internet atau media sosial. Hanya ada kabut tebal yang menghiasi layar kamera ini. 😦 Oh ya, di sana juga ada banyak ojek yang menawarkan jasanya. Tapi jaraknya tidak terlalu jauh sih, jadi bisa ditempuh dengan jalan kaki saja.

Tak berlama-lama, kami turun menuju tempat parkir Jeep yang sudah menanti untuk lanjut ke kawah. Jika Anda pernah melihat foto orang-orang naik kuda atau pernah mendengar pengalaman orang naik anak tangga menuju ke kawah, di sinilah tempatnya! Turun dari mobil, sudah ada beberapa bapak-bapak membawa kuda untuk ditawarkan. Harganya Rp.100.000,- pulang pergi. Melihat anak tangga dari kejauhan, terbayanglah betapa jauhnya perjalanan yang akan ditempuh. Ternyata bukan karena faktor jarak, tetapi faktor tanjakan berpasir nan dingin dan berdebulah yang membuas napas saya tersengal-sengal. Saya sendiri memilih tidak naik kuda mengingat saya membawa baju dengan jumlah pas-pasan dan baju ini akan saya pakai sepanjang hari. Jadi saya takut akan kotor jika naik kuda. Saya juga belum pernah naik kuda, jadi agak khawatir mengingat ada tanjakan yang tinggi di depan mata.

Sebelum sempat sampai ke anak tangga ternyata saya sudah lelah. Saya pikir-pikir sebaiknya saya tidak naik ke kawah. Pertimbangan karena saya pikir kondisinya akan sama-sama berkabut. Eh.. Kebetulan bertemu dengan teman-teman Tomang, saya memutuskan duduk bersantai saja sambil berfoto-foto. Sewaktu kami duduk, beberapa kuda terdengar kelelahan saat naik. Napas sang kuda terdengar jelas di telinga kami. Ada juga motor yang bisa menerobos lautan pasir sampai atas. 😮

bromo

Hasil iseng-iseng panorama sewaktu bersantai

Ketika teman-teman Tomang sudah mulai turun dari atas kawah, kami ikut turun juga. Kali ini rute turunnya mengambil rute samping untuk menghindari jalanan kuda yang berdebu. Rute turunnya sangat mudah, 180 derajat dibandingkan dengan rute naik yang melelahkan.

Menuju destinasi berikutnya, ke Bukit Teletubbies dan Pasir Berbisik. Cuaca sudah mulai menghangat. Konon sebelum ada “Teletubbies”, tempat tersebut tidak memiliki nama komersil, hanya disebut bukit biasa saja. Begitupula dengan lokasi Pasir Berbisik. Sebelum ada kisah “Pasir Berbisik” dulunya tempat itu dinamakan “Pasir Bersisik” karena pasirnya berbutir seperti sisik. Makanya kalau Anda mencari informasi tempat ini di media sosial, Anda bisa mencarinya dengan kedua nama terebut, sama saja. Tempat ini cukup indah untuk foto-foto. Seolah foto yang bisa bercerita akan kesunyian. 😀

pasir berbisik

Ceritanya sih ini foto candid di Pasir Berbisik

Perjalanan di Bromo akhirnya selesai juga. Siangnya kami kembali ke penginapan untuk mandi dan check-out. Dari kawasan Bromo, kami beranjak menuju ke Surabaya. Beberapa kali saya tertidur di bis. Tak terasa, sorenya kami sudah tiba di area pelabuhan untuk naik kapal pesiar Artama 3 melewati perairan Suramadu. Angin sepoi-sepoi bertiup di atas kapal. Entah karena ombak yang lumayan besar ataukah kapal yang kecil, saya sempat merasakan sedikit mabuk. Untungnya tidak terlalu parah dan masih bisa menikmati perjalanan sampai selesai.

Matahari telah terbenam dan langit perlahan semakin gelap. Perjalanan hari ini diakhiri dengan istirahat di Hotel Sahid, Surabaya. Saat pertama mendengar nama Sahid, sudah terbayangkan hotel yang mewah dan keren. Namun imajinasi itu agak pupus ketika masuk ruangan. 😀 Kondisinya ternyata sudah terlihat tua. Keran-keran tampak sudah menghitam berkarat, serta tampak kotoran menghiasi pojok kamar mandi. Untung saja saya sempat membawa serta sandal dari Hotel Grand View sehingga bisa dipakai untuk alas kaki di kamar mandi. Beberapa teman malah sempat bermasalah dengan air kotor dan ruangan yang panas.

Di luar dari masalah kamar mandi, saya bisa tidur dengan nyenyak. Setelah kurang tidur selama di Malang dan Bromo, akhirnya bisa merasakan tidur dengan puas di Surabaya ini. Untuk breakfastnya juga memuaskan. Banyak menu pilihan yang bisa dimakan, mulai dari bubur ayam, roti, kue, sereal, nasi, dan aneka lauk pauk.

Day 4:
Pukul 09.00 kami sudah kembali naik bis untuk mengunjungi pusat kerajinan kulit dan tas Tanggulangin. Tas-tas dan kerajinan kulit lainnya seperti yang sering dijual-jual di Mangga Dua. Saya sendiri tidak ikut belanja kerajinan tersebut. Untuk oleh-oleh, saya sudah belanja makanan ringan dari sejak di Toko Brawijaya pada hari ke-2.

Perjalanan panjang menuju Madura untuk menikmati pemandangan Suramadu serta Bebek Goreng Sinjay yang terkenal. Sepertinya beberapa teman sudah kebelet buang air kecil, sampai-sampai Mas Ade, tour leader kami sempat bercanda bahwa kami ini cocok ikut wisata toilet karena sebentar-sebentar selalu minta ke toilet. Hehe..

Bebek Sinjay ini memang nikmat sekali. Ditambah lagi dengan sambal mangga yang keterlaluan pedasnya serta rasa gurih dan asin bebek membuat saya lupa diri melahap habis santapan yang ada di depan saya. Padahal awalnya sempat ragu apakah saya mampu menghabiskan nasi yang porsinya cukup besar. Tapi karena rasa asin dari bebek goreng membuat saya melahap habis nasi putih hangat di piring saya. Ditambah dengan satu buah kelapa segar nan mengenyangkan. Menurut Mas Ade dan Mas Dion, jika tidak reservasi duluan, sangat sulit mendapatkan tempat di rumah makan ini. Kita harus mengantri cukup lama untuk dapat menikmati kedasyatan si bebek goreng.

bebek goreng

Penampilan biasa saja, rasanya luar biasa!

Kembali melewati Suramadu untuk menuju ke Surabaya. Mas Ade juga sempat menceritakan sejarah Suramadu. Dulunya ada sekitar 20 narapidana Korea yang ditarik untuk jadi buruh dalam pengerjaan jembatan ini dengan iming-iming pengurangan masa tahanan sehingga bisa bebas setelah pengerjaan jembatan. Namun setelah jembatan jadi, mereka lenyap tanpa jejak. Seperti cerita di film-film saja, ya? 😮

Kembali ke Surabaya, kami menuju ke House of Sampoerna. Dari namanya saja, tentu Anda sudah tak asing dengan merk rokok yang satu ini. Mendengar sedikit intro dari petugas museum, saya dan teman-teman melanjutkan foto-foto di dalam museum. Dekorasi dan interior jaman dulu terasa sangat kental di sini.

sampoerna

Sambil jaga warung di House of Sampoerna

Perjalanan kami ditutup dengan mengunjugi Restoran Kepiting Cak Gundul. Diburu waktu, kami makan dengan cepat supaya bisa tiba di Bandara Juanda tepat waktu. Dari Surabaya, kami naik Citilink menuju ke Jakarta. Setelah delay sekitar 1 jam lamanya, pesawat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba menjelang tengah malam. Kami tiba dengan selamat di Jakarta sekitar Pukul 02.00 dan dilanjutkan dengan perjalanan ke rumah masing-masing. Perjalanan selama 4 hari 3 malam ini akhirnya berakhir sudah. Berangkat pagi, pulang pagi! 😀 Saatnya mandi dan beristirahat!

Dari sekian banyak tempat yang dikunjungi, saya paling suka dengan Batu Night Spectacular, Movie Star Studio di Museum Angkut, serta Jatim Park. Sayangnya kami hanya mengunjungi Jatim Park 2 saja. Oh ya, Coban Rondo juga bagus. Tak lupa Pasir Berbisik yang tak kalah keren untuk kegiatan foto-foto. Padahal sebelum berangkat, tempat yang paling ingin saya kunjungi adalah Bromo. Ternyata setelah sampai sana, banyak tempat baru yang menarik.

Sedangkan untuk penginapannya, saya memilih Grand View Pujon dibandingkan dua penginapan yang lain.

Nah, makanan favorit saya selama di sana jatuh pada Bebek Sinjay. Rasa asin dan gurihnya nikmat di lidah. Selama di sana rata-rata masakan disajikan dengan citarasa Jawa yang manis. Jadi saat bertemu Bebek Sinjay, akhirnya bisa juga makan makanan asin nan pedas.

Perjalanan saya mengunjungi tempat-tempat baru selama outing ini merupakan hal yang menyenangkan. Banyak pengalaman, cerita, foto, dan pengetahuan baru yang saya dapatkan. Hanya saja jadwalnya terkadang terasa cukup padat serta berada di bis dalam waktu cukup lama membuat kondisi tubuh terasa kurang optimal.

Foto-foto lainnya:

CYMERA_20151001_104142

Air Terjun Coban Rondo

disewakan. Selain menanjak dan berpasir, jalanan berdebu dan dingin bikin ngap-ngapan. (Bromo)

CYMERA_20151003_110256

Museum Angkut Batu (Movie Star Studio yang keren interiornya serasa di USS) Hehe..

CYMERA_20151003_110559 CYMERA_20151003_110752

CYMERA_20151003_110652

Ini di Jatim Park 2. Posenya serasa kelelep di aquarium

CYMERA_20151004_115152

House of Sampoerna

CYMERA_20151004_115347 CYMERA_20151004_115436 CYMERA_20151008_194640

mkn

Nah.. Ini Nasi Bebek Sinjay dan Kepiting Cak Gundul

mkn (1)

Trip to Japan


Setelah sebelumnya berbagi pengalaman seputar pembuatan visa Jepang, kali ini cerita singkat selama berada di sana.
Perjalanan ditempuh menggunakan Air Asia yang tiketnya sudah saya beli dari sejak event diskonan Air Asia. Berangkat dari CGK-DMK-NRT. Pulangnya dari KIX-KLIA-CGK.

Sempat ada perubahan transit dari KLIA ke DMK. Untunglah semua sudah beres.

Singkat cerita saja. Perjalanan dimulai dari Soetta hari Sabtu sore (19 September 2015) dan tiba di Narita hari Minggu pagi (20 September 2015).

Sesampainya di Narita dan melewati proses imigrasi, turunlah 1 lantai menuju pengambilan bagasi. Setelah itu melewati bagian bea cukai dan keluar menuju arah train. Ikuti saja petunjuk dan turun ke bawah B1 lalu cari loket train yang tersedia. Ada beberapa pilihan kereta dari Narita ke pusat kota. Mulai dari yang paling mahal tapi praktis dan cepat ala Narita Express. Tapi pilihan kami jatuh pada Keisei yang lebih murah. Bukan hanya murah yang menjadi pertimbangan saya. Kebetulan, kereta ini juga melewati Shinagawa (tempat menginap) tanpa perlu transfer-transfer. Jadi sama-sama mudah.

Oh ya, saya menginap di apartment SY Takanawa yang dipesan lewat Airbnb.com. Mengapa? Karena lebih murah dibandingkan hotel, plus lokasi yang strategis dekat dengan stasiun, plus fasilitas lengkap, ditambah lagi Airbnb memberikan credit senilai Rp.350.000-an lebih yang bisa digunakan untuk potongan diskon saat reservasi ke manapun Anda pergi tanpa embel-embel ribet. Asyik kan!

Dapatkan credit di Airbnb dengan meng-klik link ini dan klik Sign up to claim your credit. Anda langsung akan mendapatkan credit yang langsung bisa digunakan untuk potongan saat melakukan reservasi. Tanpa perlu ribet!

Nah, sesampainya di stasiun Shinagawa, kami agak kagok. Di sana cukup ramai dan kami agak kelimpungan karena petugas yang tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali. Ditambah lagi dengan karamaian yang luar biasa dan koper-koper kami yang besar, kami mencoba mencari informasi sana-sini untuk membeli Suica Card (kartu transportasi yang akan dipakai selama kami di sana).

Setelah mencari informasi di loket Information Center, kami berhasil membeli Suica lewat mesin otomatis. Pilih nilai yang tersedia, masukkan uang, dan kartupun siap dipakai. Belinya kartu biasa saja. Oh ya jangan lupa perhitungkan bahwa ada deposit awal senilai 500 Yen ya. Jadi kalau isinya 1.000 Yen, berarti saldo yang bisa dipakai hanya 500 Yen.

Setelah membeli Suica Card, kami menuju ke apartement tempat kami menginap. Untungnya host sudah mempersiapkan petunjuk yang sangat detail mengenai cara untuk menuju apartement. Kami hanya perlu mengambil kunci yang disimpan di tempat rahasia. Kejujuran dan kepercayaan antara kedua belah pihak sangat diperlukan di sini. Oh ya.. Ada lagi plusnya orang sana. Budaya ngantrinya tak perlu diragukan lagi. *thumbsup* Seandainya orang sini juga berbudaya gitu *ngayal*

syt

Nah, setelah menitipkan barang di SY Takanawa (karena belum waktunya check in), perjalanan wisatapun dimulai! Pertama-tama dengan mengisi perut tak jauh dari apartment. Dan ya lagi-lagi pelayannya tidak bisa berbahasa Inggris dan menu semua dalam kanji. Jadi ya tunjuk menunjuk pakai bahasa isyarat deh. Harga makanan rata-rata sekitar 400 Yen – 1.000 Yen.

food (1)

Hari ke-1. Hari pertama ini yang mainstream saja.. Kami mengunjungi Shinjuku (Stasiun Shinjuku), Asakusa (Stasiun Asakusa), dan Shibuya (Stasiun Shibuya). Makanan pertama yang dimakan adalah kari di restorant dekat apartment. Walaupun dengan menu kanji, tidak ada masalah saat pemesanan. Rasa daging sapi yang saya makan juga nikmat dan tidak ada alot sama sekali. Padahal bukan penggemar daging sapi.

asakusashinj

Oh ya, soal transportasi Hyperdia andalannya. Cari rutenya di sana biar gampang. Soalnya transportasi di Jepang bagi newbie seperti saya sih cukup rumit. Soalnya bukan cuma menggunakan JR, atau Tokyo Metro/TOEI, tapi juga sederet private railways lainnya. Dan masing-masing dengan jalur berbeda, peta berbeda, dll. Belum lagi kondisi yang ramai di stasiun-stasiun yang menyulitkan kita mencari platform yang tepat. Belum lagi, saya nggak bisa baca kanji-kanji yang menghiasi stasiun.

Tipsnya di keramaian stasiun, jangan berjalan lambat atau berhenti di tengah jalan kalau tidak mau ditabrak orang dari belakang karena orang-orang di sana jalannya serba cekatan. Menyingkirlah di dinding atau nemplok ke tembok untuk menghindari ‘serbuan’ lautan manusia. Haha.. Lama-lama Anda akan terbiasa dengan pace di stasiun-stasiun besar tersebut dan sudah terbiasa mencari platform dari kejauhan sambil berjalan.

Eh.. Ternyata kebetulan di Jepang sedang tanggalan merah. Jadi di Jepang juga ada semacam libur Chuseoknya Korea pas minggu ketiga September. Ternyata pas liburan, tempat-tempat wisata super crowded. Berjalan di Asakusa saja padat merayap. Kami tidak dapat berbelanja dengan nyaman. *Oh ya ternyata memang harga barang di sana mahal ya. Gantungan kunci yang biasa dijadikan oleh-oleh standard murah di negara lain, di Jepang 1 gantungan kunci saja harganya bisa Rp.50.000.

Hari ke-2 mengunjungi tempat incaran saya, Yomiuriland untuk bungee jumping. Cara yang paling mudah lewat stasiun Keio-YOMIURI-LAND dan melanjutkan langsung via gondola. (Tiket entrance only = 1.000 Yen ditambah Bungee 9.00 Yen). Lagi-lagi petugasnya tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali. Saya beberapa kali bertanya di mana pembelian tiket bungee jumping sampai akhirnya mendapat jawaban yang diinginkan. Cara nanyanya simple-simple aja. Jangan kepanjangan. Nggak perlu grammar yang benar. Yang penting mudah dimengerti. “Bungee Jumping ticket. Where? Buy ticket? Bungee Jumping” Gitu aja lebih mudah dimengerti sama mereka..

yomi (1)

yomi

Sempat antri cukup lama menunggu giliran saya meloncat. Wah.. Pas sampai atas baru berasa tingginya. (Padahal bungee jumping di sini hanya selevel amusement park lho, bukan yang benar-benar tinggi banget). Pas loncat, pikiran sudah blank. Ngerinya baru berasa setelah satu loncatan dan mental ke atas. Tapi seru sih setelah itu sudah ketawa-tawa lagi.

Melanjutkan perjalanan menuju pertokoan baju di Shimokitazawa (Stasiun Shimo-kitazawa) sampai malam. Lalu mampir ke Shibuya lagi pas pulangnya karena satu jalur.

shimok

Hari ke-3
Saya sebenarnya sudah berencana ke Disney Sea karena satu-satunya di dunia. Tapi mengingat kondisi tempat-tempat wisata yang sangat ramai, bisa-bisa ngantrinya saja bisa berjam-jam, kan sayang udah mahal-mahal, buang-buang waktu seharian hanya untuk 1 wahana. Apalagi ini para membernya nggak ada yang penggila amusement park. Jadi nggak ngebet-ngebet banget. Daripada tepar, saya memutuskan hanya datang berfoto-foto saja. Untung banget lho nggak beli tiketnya online karena pas Hari-H ternyata di sana super ramai sampai-sampai baru jam 10.00 saja, Disney sudah ditutup utnuk umum karena jumlah visitor yang sudah over-crowded, wekkss.. Jadi dari stasiun Maihama, kami berkeliling dengan kereta Disney Resort dan foto-foto saja.

disney (3) disney disney (1)

Dari Disney Resort melanjutkan ke Harajuku (Stasiun Harajuku) yang mana Takeshita-Dorinya sangat amat ramai juga. Waaahh bergerak saja sudah susah. Mana ada nafsu untuk belanja lagi saking ramainya. Berhasil keluar dari keramaian Takeshita-Dori, segera menuju Line Friends Store dan Oriental Bazaar.

line

Setelah memasuki Oriental Bazaar, hasilnya kami membeli beberapa suvenir untuk oleh-oleh. Kami masih ada waktu untuk ke Yoyogi Park untuk beristirahat sejenak (Stasiun Yoyogi-Koen). Mampir sebentar ke toko serba 100 Yen. Cocok lah untuk mencari oleh-oleh dengan harga bersahabat. Oh ya.. Thanks to the host’s pocket wifi, we can find the park easily. Soalnya dari stasiun masih jalan kaki lagi sekitar 15 menitan. Menanjak pula rutenya. Ditambah lagi malam itu cuaca berangin sepanjang jalan sampai ke stasiunnya. Keberadaan pocket wifi sangat membantu menemukan rute di maps. Selama perjalanan di sana, kami tidak perlu bertanya pada pedestrian yang lewat. Cukup mengandalkan maps saja. Mengingat sulit berkomunikasi dalam Bahasa Inggris, memang maps bisa jadi andalan!

Hari ke-4 berikutnya ke stasiun Hon-Kawagoe untuk mengunjungi Kawagoe area dengan gaya kota tuanya. Tidak terlalu wow sih menurut saya. Tapi lumayan lah jika memang punya waktu luang lebih.

kawagoe (1)

Kembali dari Kawagoe, mengunjungi stasiun Shin-Okubo alias Korean town. Hehe.. Begitu melihat hangul-hangul di menu makanan Korea rasanya sungguh menyenangkan. Ada yang bisa saya baca juga akhirnya, setelah berhari-hari nggak ngerti satupun kanji yang ada di buku menu. Pulang dari Shinokubo, saya mencari-cari cara memesan tiket Shinkansen untuk ke Shin-Osaka.

Hari ke-5 (24 September 2015) Kami harus menuju Osaka. Nah, saya sempat stress berat gara-gara salah arah naik kereta gara-gara bingung tuh kereta ternyata ke arah Osaka instead of JR-Namba tujuan saya. Buru-buru karena sudah telat janjian dengan staff host di OCAT / JR-Namba, saya berkali-kali sms sampai akhirnya untung saja dia masih menunggu di OCAT. Sempat pakai acara lari-larian pula *Kayak The Amazing Race sajaaa* Hampir saja dia pergi meninggalkan kami hiks.. Saya dibuat stress.. Benar-benar puncak kesulitan saya rasakan di hari itu deh. Semua tanggung jawab sayaaaa.. mulai dari itinerary, rute, kereta, airbnb, dll. Di saat orang lain sudah tidur, saya masih berkutat dengan Hyperdia. Mau beristirahat tiduran di kereta? Ga bisa, saya berkutat dengan patokan peta stasiun gara-gara takut kelewatan. (Soalnya beberapa kereta tidak memiliki speaker/map dalam bahasa Inggris, jadinya rada ribet kalo ngarepin denger dia ngomong). Ya Tuhan, maafkanlah aku malah mengeluh seperti ini T_T *Curcol mode* *Plakk* Well at least, positifnya, jadi ada cerita yang bisa saya bagikan di blog ini. Karena tak selamanya liburan itu bakal mulus, kadang ada kerikil yang mengisi perjalanan. Di situlah seninya *sok bijak*

yukiko

Itulah kamar yang kami tinggali di Lucent Oden Namba. Tidak seluas di tempat Satoshi memang, tapi ruangannya bersih. Dan fasilitasnya juga okelah. Saya sempat mengurus cucian saya di mesin cuci malah..

Nah di Osaka sempat hujan dan angin besar. Untungnya tidak lama karena kami tiba sudah siang/sore. Setelah mengisi perut (lagi-lagi dengan makanan Korea), kami menuju ke Shinsaibashi, Amemura, Dotonbori (Stasiun Shinsaibashi) kebetulan kan deketan semua. Lagi-lagi thanks to pocket wifi and google maps jadinya bisa jalan-jalan efektif. Mampir ke W Cafe juga buat fangirling KrunkxBigbang. Terakhir mampir sebentar ke Namba Parks.

shinsaibashikrunk (1)

Hari ke-6 menuju ke Kyoto seharian

Fushimi Inari (Stasiun Inari) dengan ciri khas torii nya yang merah menyala. Saat keluar stasiun, Anda bisa langsung melihat lokasi wisata yang satu ini. Anda bisa berfoto, menulis wish, membeli suvenir, sampai mencoba jajanan yang ada. Setelah berfoto-foto dan jajan-jajan, perjalananpun dilanjutkan menelusuri deretan toko-toko dengan gaya tradisional di daerah GionCentre, Sannen zaka, Kiyomizu zaka (Stasiun Gojo/Shijo). Sampai seharian selesai.Lagi-lagi terbantu dengan pocket wifi saat mengelilingi area Gion.

fushimi

fushimiinari (1)

food

Hari ke-7 alias hari terakhirrr.. Setelah melewati perjalanan melelahkan dengan bantuan internet (benar-benar crucial banget deh, tertolong dengan adanya pocket wifi) soalnya walaupun sudah printout itinerary dari Jakarta, sampai di lapangannya bakal ada perubahan dan penyesuaian. Jadi Hyperdia sangat diperlukan mencari rute ini itu. Sangat tertolong dengan Google Maps juga.. Hari terakhir hanya mengunjungi Osaka Castle (stasiun Osakajokoen/Morinomiya). Lalu ke Hepfive (Umeda). Ya.. berhubung sudah tidak pegang pocket wifi lagi di hari terakhir ini, jadi mengunjungi tempat mainstream yang mudah dan tidak perlu dicari-cari lagi dengan Google Maps. Semua alternatif rute pun sudah saya catat lengkap untuk mengatasi semua kemungkinan perubahan yang dapat terjadi di perjalanan.

Dan untuk kembali dari Osaka ke KIX (Kansai International Airport) kami menggunakan bus saja supaya tidak repot dengan barang bawaan. Kebetulan dari pagi kami sudah checkout dan menitipkan koper di locker koin seharga 400-500 Yen di OCAT. Jadi kami naik bus dari OCAT.

osaka

Overall biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:

Visa : Rp. 330.000

Tiket : Rp. 5.600.000 (sudah include PP, Bagasi, Meals) *Bisa lebih murah lagi kalau penghematan di add on bagasi/meals/kalau dapat tiket promo yang lebih murah

Airbnb: Rp. 6.970.800 + 3.566.800 = Rp. 10.537.600 / 4 = Rp. 2.634.400 *Bisa lebih murah lagi kalau cari apartment yang sharing sama host/pergi beramai-ramai dan cari apartment yang lebih murah

Transportasi, makan, belanja, tiket masuk, dll selama perjalanan = 44.000 Yen = Rp. 5.280.000 (dengan rincian: IC Card 9.000 Yen, Tiket bus dari OCAT – KIX 1.050 Yen, Shinkansen 14.250 Yen, Tiket Yomiuri Land dan Bungee Jumping 1.900 Yen, dan selebihnya adalah biaya makan, belanja, dan lainnya 26.800 Yen.)

>>> Total:  Rp. 13.844.400 (Rate Yen = Rp.120)